Langsung ke konten utama

CARA MUDAH MEMAHAMI FUNDAMENTAL SAHAM

Halo Sobat Investasi !!!
Di kesempatan kali ini, kita mau bahas tentang cara mudah memahami fundamental saham.


Minat investasi di saham mulai tumbuh dimana-mana, tak hanya di Ibu kota. Profesi mereka beragam, karyawan, wiraswasta, ataupun profesional seperti pengacara, dokter, arsitek, dan bahkan kian banyak ibu-ibu rumah tangga. Sayangnya, masih sedikit yang benar-benar mau meluangkan waktu untuk memahami metode memilih saham yang baik.Padahal, metode itu tidak sulit, dan bila dipelajari dengan benar dapat membimbing Anda menjadi investor atau trader yang sukses. Kedua metode itu adalah analisis teknikal (tehnical analysis/TA) dan analisis fundamental (fundamental analysis/FA).
Kali ini kami akan membahas secara ringkas mengenai FA, yaitu cara memilih saham berdasarkan pada fundamental bisnis suatu perusahaan.

Equity, Asset, ROE, ROA, dan DER
Beberapa rasio utama FA yang penting  dipahami adalah equity atau modal, aset, ROE (return on equity), ROA (return on asset) dan DER (debt to equity ratio). ROE adalah tingkat proitabilitas atau kemampuan sebuah perusahaan memberikan keuntungan berdasarkan modal perusahaan, ROA adalah tingkat proitabilitas adalah perbandingan antara hutang dengan modal perusahaan.

CONTOH A
Si Andi mendirikan perusahaan PT ABC, dengan modal sendiri Rp200 juta meminjam uang ke bank sebesar Rp30 juta. Perusahaan Andi juga ini diberikan kepercayaan oleh pemasok untuk menjual barang dagangannya sebesar Rp20 juta. Setelah setahun berjalan, PT ABC menghasilkan laba bersih sebesar Rp100 juta, maka kondi-si PT ABC dapat digambarkan sebagai berikut:

Equity/Modal :  Rp200 juta
Hutang  :  (hutang bank + hutang  dagang) = Rp50 juta
Asset            :  (Modal + hutang) =  Rp250 juta

Dengan asumsi laba bersih sebesar Rp100 juta, maka rasio fundamental PT ABC adalah sebagai berikut:
ROE 
(perbandingan laba terhadap modal) :
Laba/Modal x 100% 
 =(Rp100 juta /Rp200 juta ) 
=  50%.
ROA 
(perbandingan laba terhadap aset) :
Laba/Asset x100% 
= (Rp100 juta / Rp250juta) 
= 40 %.
DER 
(perbandingan modal kepada hutang) : 
Total hutang / Total modal 
 =50 juta/200juta 
= 0.25 x

CONTOH B
Ada tiga orang berkongsi mendirikan perusahaan PT EFG. Si Dede setor modal Rp100 juta, si Irvin modal Rp200 juta, dan si Jati setor modal Rp 50 juta. Perusahaan kemudian berhutang ke bank Rp300 juta untuk modal kerja, dan mendapatkan utang dari pemasok barang sebesar Rp. 200 juta. Satu tahun kemudian, perusahaan memperoleh laba bersih Rp100 juta. Apabila laba bersih perusahaan itu dalam satu tahun sebesar 100 juta, maka :

Equity/modal   :  Rp350 juta.
Hutang     :  Hutang bank + Hutang pemasok = Rp500 juta
Asset         :  Modal + Hutang  =   Rp850 juta
Laba bersih     :  100 juta.

Dengan asumsi laba bersih sebesar Rp100 juta, maka rasio fundamental PT EFG adalah sebagai berikut: 
ROE   : 28.57%
ROA  :11.76 %
DER    : 1.42 x.
Kesimpulan:
Dua perusahaan tersebut sama-sama memberikan keuntungan sebesar Rp100 juta. Namun PT ABC hanya cukup bermodal Rp200 juta saja, sementara PT EFG membutuhkan modal Rp350 juta. Hal ini membuat ROE perusahaan ABC mencapai 50%, sementara EFG hanya 28.57%. Demikian pula dari sisi aset, perusahaan pertama hanya butuh Rp250 juta, sedangkan perusahaan kedua memerlukan Rp850 juta. Alhasil, ROA perusahaan ABC mencapai 40 %, sedangkan ECF hanya 11.76 %.Dari perbandingan rasio ROE, ROA di atas dapat diketahui PT ABC jauh lebih baik dari pada PT  EFG. Dengan kata lain semakin besar ROE dan ROA maka mencerminkan semakin besar tingkat keuntungan perusahaan, dan Anda pantas membeli sahamnya.
Dari contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk memilih saham-saham yang layak dibeli perlu diperhatikan beberapa kondisi berikut ini:
Pilihlah saham dengan ROE nya minimal 20 persen, karena kalau ROE nya di bawah 20 persen, berarti rasio laba terhadap modal hanya mendapatkan keuntungan di bawah 1.67 persen per bulan atau  20 persen /12 bulan. ROE ideal paling rendah sekitar 25 persen. Ini karena angka 25 persen itu setara dengan mendapat keuntungan 2 persen dalam 1 bulan.Hindari  saham yang ROE hanya sekitar 5-10 %. Bayangkan bila Anda menjadi pemilik perusahaan itu, buat apa susah susah menjalankan perusahaan kalau untungnya cuma 5-10 persen setahun. Lebih baik modal itu disimpan di deposito bank. Pilihlah perusahaan yang DER nya di bawah 1 X. Dengan angka ini berarti perusahaan tersebut memiliki modal yang lebih besar dari pada hutangnya.

EPS, PER, BV, PBV.
Setelah memahami kondisi emiten, pertanyaan yang muncul berikutnya adalah dalam kondisi apa sebuah saham harus dibeli. TA juga menyediakan petunjuk itu dengan ratio-ratio yang lebih penting, terutama bila dikaitkan dengan kondisi harga saham di pasar. Berikut ulasannya:
Earning per Share (EPS) :
EPS adalah laba bersih per lembar saham. Mudahnya, angka EPS menunjukkan berapa banyak laba yang Anda peroleh ketika memiliki sebuah saham.
Contohnya, bila EPS saham PT ABC sebesar Rp50, dan Anda memiliki 5000 lembar saham atau 10 lot, maka di atas kertas keuntungan Anda sebagai pemilik adalah Rp125.000 (Rp50 X 5000). Hasil keuntungan ini akan di transfer ke reke-ning saham Anda, tentu dengan ketentuan berlaku. 
Rumus EPS = Laba bersih / Jumlah saham yang beredar.
Mengapa disebut hak atas laba atau deviden itu masih di atas kertas? Ini karena umumnya tidak semua laba dalam setahun dibagikan kepada pemegang saham. Untuk mengetahuinya pantaulah berita dimedia.Bila ada berita deviden dibagikan sebesar 50 persen maka, yang akan diterima adalah Rp25 per lembar.
Perlu juga diingat, jumlah saham yang beredar bisa berubah oleh aksi Pantaulah media atau situs BEI (www.idx.co.id), karena semakin besar jumlah saham beredar yang tidak diimbangi kenaikan laba, membuat EPS nya akan turun. Deviden juga bisa dalam bentuk saham, kalau sudah begini jumlah saham Anda akan bertambah.
Price Earning Ratio (PER) :
Murah atau mahal suatu saham tidak ditentukan oleh besaran nominal harga saham. Untuk mengetahuinya, bisa dipakai PER atau rasio untuk membandingkan harga saham saat ini berbanding dengan labanya. Rasio ini paling sering dipakai, tentu tanpa menaikan rasio-rasio lainnya. 
Rumusnya,  PER = Harga saham/ EPS.
Contohnya Jika harga saham PT ABC saat ini Rp. 500, dan EPS nya sebesar Rp50, maka PER nya = 500/50 = 10 X.
Sebagai perbandingan, PER rata-rata IHSG saat ini (IHSG di level 4800-4900) adalah 15-17 X, sehingga bila ada saham yang di bawah itu maka bisa disebut lebih murah dari rata-rata harga seluruh saham di BEI. Umumnya saham murah memiliki PER di bawah 10 X, wajar 10-15 X, dan PER mahal di atas 15 X. 
Namun perlu dicatat, angka PER suatu saham sangat tergantung kepada sektor-sektornya, sehingga akan lebih tepat bila membandingkan PER saham dengan PER sektor atau saham lain di sektor yang sama. Saat ini sektor dengan PER tertinggi adalah konsumer, dengan rata-rata di atas 20 X. Bagaimana PER bisa naik turun? Itu ditentukan oleh harga saham di pasar dan besaran EPS, tergantung mana yang naik dan turun pada besaran itu. Harga saham bisa berubah setiap hari, sementara EPS pada setiap kuartal. Semakin kecil PER suatu saham semakin murah dan bagus, namun tidak ada nilai pasti berapa sebaiknya PER suatu saham. Yang perlu diingat, kalau PER nya minus, emiten itu merugi.
Book Value (BV) :
Pada dasarnya rasio ini seperti EPS, hanya saja ia menggunakan ekuitas atau modal sebagai pembilang atau yang dibagi. Rasio BV atau nilai buku ini untuk menunjukkan kemampuan manajemen mengembang-kan permodalan. 
Rumusnya, Book Value atau Nilai Buku = Total modal / Jumlah saham yang beredar.
Contohnya, PT ABC memiliki modal Rp 5 miliar dengan jumlah saham sebanyak 5 juta. Maka nilai buku saham tersebut adalah Rp. 1000 per lembar (Rp5 miliar / 5 juta).
Price to Book Value (PBV) :
Rasio ini seperti PER, namun ia menggunakan nilai buku sebagai pembilangnya. PBV adalah perbandingan harga saham terakhir terhadap nilai bukunya.
 Rumusnya, PBV = Harga saham / BV.
Contohnya, Jika harga saham PT ABC saat ini adalah Rp. 2.000 per lembar dan nilai buku nya Rp. 1000, maka PBV nya adalah 2000/1000 = 2 X. Pada umumnya investor maupun trader lebih banyak menggunakan PER dibandingkan PBV. Ini karena penggunaan laba pada penghitungan PER lebih akurat mencerminkan kinerja pe-rusahaan, dari pada modal. Sebaliknya PBV dianggap indikator kedua karena penggunaan modal yang penambah-annya bisa dengan mudah dilakukan, misalnya lewat penerbitan saham baru (right issue), pinjaman pihak ketiga dan lain sebagainya.
Namun perlu cermat melihat komposisi PER. Baca berita di media atau langsung cek di laporan keuangan, apakah penambahan laba bersih itu dari operasional atau non operasional, seperti men-jual aset dan lain-lain. Baik PER dan PBV mempunyai persamaan yaitu semakin rendah nilainya maka harga saham tersebut semakin murah.
Semua rasio-rasio fundamental itu dapat digunakan secara bersamaan atau memberi bobot paling tinggi, seperti pada PER. Namun semuanya tergantung pada tujuan investasi, karena bagi investor kakap yang ingin menguasai satu perusa-haan mereka akan mencari emiten dengan PBV di bawah 1X yang berarti mem-beli di bawah nilai modal. Pun, angka-angka rasio di atas dapat dengan mudah Anda peroleh di market info pada perangkat sistem online trading sekuritas dan beberapa media seperti www.reuters.com, www. bloomberg.com, dan media online lainnya.
Namun, tentu akan lebih mudah memahami suatu saham bila Anda tahu maksud dan cara berhitungnya. Lagi pula dengan pergerakan harga saham setiap hari dan rencana aksi korporasi emiten, Anda bisa berandai-andai menghitung sendiri semua rasio fundamental itu ke depan. Dengan begitu, Anda akan selangkah lebih maju dari investor lain bila hasil perhitungan itu menjadi kenyataan.
Terlebih, jika IHSG sudah naik cukup tinggi, mendekati 5.000, apakah masih ada saham-saham yang memilik PER dan PBV yang rendah?  Mulai perhatikan dan dianalisa, karena saham yang bagus itu ibarat mutiara dalam lumpur yang belum dilirik oleh orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Itu KSPM?

Buat kalian yang memang sudah kuliah atau pernah kuliah, pasti enggak asing lagi nih denger ataupun liat yang namanya KSPM. Jadi apa itu KSPM ? KSPM merupakan singkatan dari Kelompok Studi Pasar Modal. Nah, Kelompok Studi Pasar Modal ini berperan sebagai tempat untuk pengembangan dan pelatihan mahasiswa yang tentang Pasar Modal. Kalau belum tau tentang pasar modal, yuk liat post kami tentang pasar modal disini (tinggal klik). Jadi,dengan kata lain KSPM itu sebagai wadah untuk belajar lebih dalam tentang KSPM. Oh ya, biasanya KSPM itu sendiri terbagi menjadi 2 katagori. Untuk kampus yang berbasis islam, biasanya menyebutnya dengan KSPMS yaitu Kelompok Studi Pasar Modal Syariah. Sedangkan, kampus yang tidak berbasis islam menybutnya KSPM yaitu Kelompok Studi Pasar Modal. Di Universitas Pekalongan sendiri, kita menyebutnya dengan KSPM. KSPM  ini terdapat pada Fakultas Ekonomi (FE) di setiap universitasnya. Namun, balik lagi ke peraturan yang ada disetiap universit

KEPENGURUSAN KSPM FEB UNIKAL 2022/2023

Foto Pengurus 2022/2023 Hai guys 👋🏻 Setelah melewati Rapat Umum Perubahan Struktur (RUPS) 2022, maka terpilih Direktur baru KSPM FEB UNIKAL periode 2022/2023 dan terbentuklah struktur kepengurusan yang baru.   Berikut adalah sususan kepengurusan KSPM FEB UNIKAL 2022/2023 : Komisaris Berikut adalah sususan kepengurusan KSPM FEB UNIKAL 2022/2023 : 1. Susunan Komisaris A.       Ketua Komisaris ·          Nadia Putri Kamila B.       Komisaris Investasi : ·          Ahmad Adi Fadhilah ·          Arum Tsani Z C.       Komisaris Edukasi : ·          Shofatun Nida ·          Indah Luh Jinggan D.       Komisaris Sumber Daya Manusia (SDM) ·          Vanessa Putri Ardalena ·          Ulfi Suciati E.        Komisaris Public Relation (PR) ·          Novita Sari F.        Komisaris Information & Technology (IT) ·          Andini Ayuningtyas Putri Badan Pengurus Harian (BPH) 2. Susunan Badan Pengurus Harian (BPH) ·          Direktur  : Mizannul Ihsan

Apa Itu Pasar Modal?

Hallo SobatInvestasi!! Kalian tau nggak apa itu pasar modal? Kalau belum tau, yuk simak penjelasan dibawah ini. Sumber : alinea.id Pasar Modal itu sebenernya telah ada dan berkembang sejak tahun 1912 saat pemerintahaan Hinda Belanda. Nah, pada perkembangannya pasar modal di Indonesia itu mengalami peningkatan yang sangat pesat, hal ini disebabkan setelah pemerintah melakukan berbagai regulasi dibidang keuangan dan perbankan. Orang-orang di Indonesia juga menyadari bahwa perdagangan efek ini telah memberikan return yang cukup memuaskan. Adanya return ini, tentu saja berdasarkan berapa banyak kamu membeli saham dalam jumlah perlots. Menurut Informasi dari IDX, Pasar Modal adalah pasar untuk berbagai instrument keuangan jangaka panjang yang dapat dijualbelikan, baik itu surat utang (obligasi),ekuiti (saham), reksa dana, unstrumen derivative maupun instrument lainnya. Menurut Syahrir dalam Najib (1998), pasar modal Indonesia sebagai salah satu lembaga yan